A.
Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan
adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses, perbuatan dan cara mendidik. Sedangkan istilah seks dalam pengertian
sempit berarti kelamin. Mugi Kasim mengartikan seks sebagai sumber rangsangan
baik dari dalam maupun luar yang mempengaruhi tingah laku syahwat yang bersifat
kodrati.[1] Syamsudun mendefinisikan pendidikan seks
sebagai usaha
untuk membimbing seseorang agar dapat mengerti benar-benar tentang arti
kehidupan seksnya, sehingga dapat mempergunakannya dengan baik selama hidupnya.
[2]
Lebih dalam lagi
Dr. A.Nasih Ulwan
menyebutkan bahwa pendidikan seks adalah upaya pengajaran penyadaran dan
penerangan tentang masalah-masalah seks yang diberikan kepada anak agar ia
mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan pekawinan,
sehingga jika anak telah dewasa dan dapat memahami unsure-unsur kehidupan ia
telah mengatahui masalah-masalah yang dihalalkan dan diharamkan bahkan mampu
menerapkan tingkah laku islami sebagi akhlak, kebiasaan, dan tidak mengikuti
syahwat maupun cara-cara hedonistic.[3]
B.
Tujuan
Pendidikan Seks
Tiap-tiap usaha
pendidik selalu diarahkan untuk membimbing si terdidik kea rah tujuan tertentu.[4]Adapun
tujuan pendidikan seks adalah sebahga berikut:
1. Menciptakan
sikap yang sehat pada diri seseorang terhadap seks dan seksualitas. [5]
2. Mengartikan
kehidupan seks yang ada pada manusia, yakni untuk memberikan penjelasan dan
informasi tentag seks manusia serta menegakkak nilai-nilai manusiawi terhadap
seks tersebut.[6]
3. Mendidik
anak menjadi pribadi dewasa yang dapat mengadakan mengadakan hubungan
heteroseks yang sehat.[7]
Sedangkan tujuan pendidikan seks yang
diberikan kepada anak-anak sebagai generasi penerus meliputi beberapa hal:[8]
1. Mempersiapkan
anak menghadapi perubahan yang akan terjadi akibat pertumbuhannya, maka anak
laki-laki harus mengerti tentang air mani dan perempuan tahu tentang haid.
2. Menjadikan
anak bangga dengan jenis kelaminnya dan memandang lawan jenisnya dengan
penghargaan dengan kelebihan dan keistimewaannya.
3. Untuk
membantu mereka mengetahui bahwa perbuatan seks harus didasarkan atas
penghargaan yang tulus terhadap
kepentingan rang lain.
C. Pendidikan Seks dalam Islam
Untuk
mempertahankan nilai manusia sebagai makhluk yang berkedudukan amat mulia itu, Islam
memberikan pedoman-pedoman tentang kehidupan seksual, meskipun belum terperinci
seperti yang ada sekarang di dunia sexiologi, tetapi cukup menjadi pedoman yang
dapat mempertahankan martabat manusia sebagai makhluk yang diberi kedudukan
lebih mulia daripada banyak makhluk Allah yang lain.
Perintah
Nabi Muhammad SAW, pada masa berumur 10 tahun anak-anak supaya dipisahkan
tempat tidurnya dari saudara-saudaranya, maupun dari ibu-bapaknya. Perintah
memisahkan tidur anak-anak itu amat penting artinya bagi pertumbuhan jiwa
anak-anak antara lain juga mengenai perkembangan jiwa dalam bidang seks.
Beberapa ajaran islam tentang seks adalah:
1. Larangan
agar kaum wanita jangan memamerkan perhiasan kepada laki-lakidan perempuan yang
bukan mahram.
2. Antara
laki-laki dan perempuan bukan mahram tidak terjadi pandang memandang yang bernafsu.
3. Berkhalwat
antara laki-laki dan perempuan bukan mahram tidak dibenarkan.
D. Materi Pendidikan Seks pada Anak
dalam PAI
1.
Menanamkan jiwa maskulin dan feminim
Kesadaran tentang perbedaan hakiki dalam
penciptaan manusia secara berpasangan
laki-laki dan perempuan karena hal tersebut akan sangat berguna bagi
pergaulannya. Pembentukan jiwa feminism pada wanita dan maskulin pada laki-laki
dapat dilakukan dengan pemberian peran kepada anak sesuai dengan jenis
kelaminnya. Dengan memberikan tugas sesuai dengan jenis kelaminnya, seseorang
akan menjadi laki-laki atau wanita sejati.[10]
2.
Mendidik menjaga pandangan mata
Di
samping penerapan etika memandang, hendaknya kepada anak dijelaskan pula
mengenai batasan aurat dan muhrim bagi dirinya. Aurat merupakan anggota tubuh
yang yang harus ditutupi dan tidak boleh dilihat atau diperlihatkan kepada
orang lain.[11]
3.
Mengenalkan mahrom-mahromnya
Mencegah
anak bergaul secara bebas dengan teman-teman yang berlawanan jenis denga
memberikan batasan-batasan tertentu bertujuan agar anak mampu memahami etika
bergaul dalam islam mampu membedakan antara muhrim dengan yang bukan muhrim
sehingga pemahaman tersebut akan selalu melekat di hati dan menjadi self
control pada waktu anak memasuki usia remaja.[12]
4.
Mendidik cara berpakaian dan berhias
Hendaknya
anak dibiasakan untuk senantiasa mengenakan pakaian islami, model-model pakaian
yang baik, serta meluruskan konsep-konsep mengenai model pakaian pada diri anak,
agar mereka tidak terjerumus pada konsep model pakaian barat yang lebih
menonjolkan erotikannya.
5.
Mendidik cara menjaga kebersihan kelamin
Bimbingan
praktis mengenai adab istinja’, adab mandi, dan adab wudhu dimaksudkan agar
anak secaran langsung belajar membersihkan diri, belajar membersihkan alat
kelaminya, dan belajar mengenali dirinya.
6.
Memberikan pengertian tentang ikhtilam
dan haidh
Pengertian
tentang ikhtilam dan haid sebaiknya diberikan dan difahami oleh anak sebelum ia
benar-benar mengalaminya, agar dalam perkembangan seksualnya dapat berjalan
secara wajar dan tidak ada beban-beban kejiwaan. Lebih dari itu agar anak dapat
menjalankan ketentuan syar’i yang telah mulai berlaku bagi dirinya.
7.
Pemisahan tempat tidur
Memisahkan
tempat tidur anak laki-laki dan perempuan bertujuan agar mereka mampu memahami
dan menyadari tentang eksistensi perbedaan antara laki-laki dan perempuan,
terbiasa menghindari pergaulan bebas antar jenis kelamin yang berbeda.
E. Metode Pendidikan Seks pada Anak
dalam PAI
Metode
yang efektif dalam menyampaikan pendidikan seksual kepada anak antara lain
sebagai berikut:
1.
Metode pembiasaan
Metode
pembiasaan bisa diterapkan dalam pendidikan seks melalui cara membiasakan anak
agar menjaga pandangan mata dari hal-hal yang berbau porno, membiasakan anak
tidur terpisah dengan orang tuanya, membiasakan anak menjaga kebersihan alat
kelaminnya, membiasakan anak untuk tidak berkhalwat dengan lawan jenisnya tanpa
didampingi muhrimnya, serta membiasakan anak berpakaian dan berhias sesuai
dengan ajaran islam.[13]
2. Metode
keteladanan
Metode
pemberian contoh yang baik (Uswatun khasanah) terhadap anak-anak yang belum
begitu kritis akan banyak mempengaruhi tingkah laku sehari-harinya. Dalam
pendidikan seks anak harus diberikan keteladanan dalam pergaulan, berpakaian,
serta dalam peribadatan.
3. Metode
pemberian hadiah dan hukuman
Dalam
pendidikan seks, metode pemberian hadiah dan hukuman dapat diterapkan dalam
rangka menanamkan aturan-aturan islami menyangkut masalah ibadah dan etika,
khususnya etika seksual. Bagi anak yang telah mematuhi aturan yang dicanangkan
kepada mereka, mereka berhak mendapat hadiah meskipun hanya sanjungan dan
pujian. Namun apabila melanggar, mereka harus diberi hukuman meskipun hanya
berupa teguran.
4. Metode
Tanya jawab dan dialog
Metode
Tanya jawab dan dialog sangat bermanfaat dalam menanamkan dasar-dasar
pendidikan seks pada anak, sebab salah satu naluri anak yang paling umum adalah
selalu ingin tahu terutama dalam hal-hal yang menarik perhatiannya.
5.
Metode pengawasan[14]
Anak
hendaknya diberikan pengawasan agar senantiasa menutup aurat dan memberikan
pengertian mengenai bahaya yang timbul akibat aurat terlihat orang lain. Anak
juga perlu diawasi dalam pergaulannya agar terhindar dari pergaulan bebas
dengan tujuan agar anak mampu memahami etika bergaul dalam islam.
a. Pengawasan
Internal
Diantara
hal yang dapat membangkitkan rangsangan seks anak adalah:
1. Anak
usia remaja masuk dalam rumah tanpa minta izin pada orangtua, misal ketika
masuk kamar orangtua ia melihat aurat orang tua yang tersingkap
2. Anak
yang berusia sepuluh tahun keatas tidur satu tempat tidur dengan saudara-
saudaranya
3. Memberikan
peluang kepada anak untuk
menonton film yang merangsang
4. Membiarkan
anak membiasakan kehendak nafsunya untuk melihat gambar- gambar porno
5. Memberikan
kesempatan kepadanya sejak usia puber untuk bergaul dengan erempuan dekatnya
Untuk
itu, orang tua dan pendidik harus memberikan pengarahan yang cermat, bimbingan
yang benar dan bijaksana, serta tidak kehabisan cara dalam memperbaiki dan
mendidik anak.
b. Pengawasan
Eksternal
Faktor
eksternal antara lain :
1. Bioskop
atau tontonan
2. Kerusakan
akibat fenomena kejahatan di masyarakat
3. Kerusakan
karena adanya klab malam, baik secara
rahasia ataupun terang- terangan
4. Kerusakan
akibat teman yang jahat
5. Kerusakan
akibat pergaulan sepasang remaja yang berlainan jenis
6. Mengajarkan
hukum agama yang dibebankan kepada anak usia puber dan baligh
Islam
memandan seks, bertitik tolak dari pengetahuan tentang fitrah manusia dan usaha
pemenuhan kecenderungannya agar setiap individu di dalam masyarakat tidak
melampaui batas- batas fitrahnya dan tidak menempuh jalan yang menyimpang yang
bertentangan dengan nalurinya. Ia berjalan sesuai dengan cara yang normal dan
benar yang telah digariskan Islam, yakni dengan pernikahan. Dalam Al- Qur’an Surat
Ar- Rum : 21 yang artinya :
“
Dan diantara tanda- tanda kekuasaan Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-
istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan Nya diantaramu rasa kasih sayang”.
Dari firman tersebut, kita tahu bahwa Islam mengharamkan penghindaran diri dari perkawinan dengan niat ingin mencurahkan semua waktunya untuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Syariat Islam adalah syariat yang memerangi dengan keras dantak mengenal kompromi semua ajakan kepada kehidupan rahbaniyyah yang dimurkai dan kepada hidup membujang yang tercela karena bertentangan dengan fitrah manusia dan bertolak belakang dengan kecenderungan nalurinya.
[1] M. Kasim Mugi Amin, Kiat Selamatkan Cinta, (Yogyakarta:
Titian Ilahi Press, 1997), hlm. 38
[2] Syamsudin, Pendidikan Kelamin dalam Islam, (Solo: Ramadhani, 1985), hlm. 14
[3] Nasikh ulwan, Pendidikan Seks, (Bandung: remaja Rosda
Karya, 1996), hlm. 72
[4] Muh. Zein, Azaz dan Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Sumbangsih Offset,
1985), hlm. 30.
[5] Abineno, Seksualitas dan Pendidikan Seksual, (Jakarta: Gunung Mulia, 1980),
hlm. 70
[6] Johan Suban Tukan, Metode Pendidikan Seks, Perkawinan, dan
Keluarga, (Jakarta: erlangga, 1994), hlm. 17
[7] Prof. Siskon Pribadi, Mutiara-mutara Pendidikan,
(Bandung: jemmara, tt), hlm. 35
[8] Suraji, Pendidikan Seks bagi Anak, (Yogyakarta: Pustaka fahima, 2008),
hlm. 74-75
[9] Pendidikan
Seks Untuk Anak Dalam Islam. http://ratuhati.com/index.php.
diunggah pada Rabu, 06 May 2009. Pukul 00:55. Diunduh pada kamis, 22 Maret
2012. pukul 11: 45
[10] Suraji, Op. Cit., hlm. 132
[11]Nasikh Ulwan, Op. Cit., hlm.17
[12]
Suraji, Op. Cit., hlm. 143
[13]
Suraji, Op. Cit., hlm. 168
[14]
Muhammad Zein, Op. Cit., hlm. 251
Tidak ada komentar:
Posting Komentar