Rabu, 02 Januari 2013

Pendidikan Seks di Sekolah



A.       Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan dan cara mendidik. Sedangkan istilah seks dalam pengertian sempit berarti kelamin. Mugi Kasim mengartikan seks sebagai sumber rangsangan baik dari dalam maupun luar yang mempengaruhi tingah laku syahwat yang bersifat kodrati.[1] Syamsudun mendefinisikan pendidikan seks sebagai usaha untuk membimbing seseorang agar dapat mengerti benar-benar tentang arti kehidupan seksnya, sehingga dapat mempergunakannya dengan baik selama hidupnya. [2]
Lebih dalam lagi Dr. A.Nasih Ulwan menyebutkan bahwa pendidikan seks adalah upaya pengajaran penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seks yang diberikan kepada anak agar ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan pekawinan, sehingga jika anak telah dewasa dan dapat memahami unsure-unsur kehidupan ia telah mengatahui masalah-masalah yang dihalalkan dan diharamkan bahkan mampu menerapkan tingkah laku islami sebagi akhlak, kebiasaan, dan tidak mengikuti syahwat maupun cara-cara hedonistic.[3]
B.        Tujuan Pendidikan Seks
Tiap-tiap usaha pendidik selalu diarahkan untuk membimbing si terdidik kea rah tujuan tertentu.[4]Adapun tujuan pendidikan seks adalah sebahga berikut:
1.    Menciptakan sikap yang sehat pada diri seseorang terhadap seks dan seksualitas. [5]
2.    Mengartikan kehidupan seks yang ada pada manusia, yakni untuk memberikan penjelasan dan informasi tentag seks manusia serta menegakkak nilai-nilai manusiawi terhadap seks tersebut.[6]
3.    Mendidik anak menjadi pribadi dewasa yang dapat mengadakan mengadakan hubungan heteroseks yang sehat.[7]
Sedangkan tujuan pendidikan seks yang diberikan kepada anak-anak sebagai generasi penerus meliputi beberapa hal:[8]
1.    Mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi akibat pertumbuhannya, maka anak laki-laki harus mengerti tentang air mani dan perempuan tahu tentang haid.
2.    Menjadikan anak bangga dengan jenis kelaminnya dan memandang lawan jenisnya dengan penghargaan dengan kelebihan dan keistimewaannya.
3.    Untuk membantu mereka mengetahui bahwa perbuatan seks harus didasarkan atas penghargaan yang tulus  terhadap kepentingan rang lain.
C.  Pendidikan Seks dalam Islam
Untuk mempertahankan nilai manusia sebagai makhluk yang berkedudukan amat mulia itu, Islam memberikan pedoman-pedoman tentang kehidupan seksual, meskipun belum terperinci seperti yang ada sekarang di dunia sexiologi, tetapi cukup menjadi pedoman yang dapat mempertahankan martabat manusia sebagai makhluk yang diberi kedudukan lebih mulia daripada banyak makhluk Allah yang lain.
Perintah Nabi Muhammad SAW, pada masa berumur 10 tahun anak-anak supaya dipisahkan tempat tidurnya dari saudara-saudaranya, maupun dari ibu-bapaknya. Perintah memisahkan tidur anak-anak itu amat penting artinya bagi pertumbuhan jiwa anak-anak antara lain juga mengenai perkembangan jiwa dalam bidang seks.
Beberapa ajaran islam tentang seks adalah:
1.      Larangan agar kaum wanita jangan memamerkan perhiasan kepada laki-lakidan perempuan yang bukan mahram.
2.      Antara laki-laki dan perempuan bukan mahram tidak terjadi pandang memandang yang bernafsu.
3.      Berkhalwat antara laki-laki dan perempuan bukan mahram tidak dibenarkan.
D.  Materi Pendidikan Seks pada Anak dalam PAI
Pokok-pokok pendidikan seks pada anak dalam Pendidikan Agama Islam meliputi beberapa hal[9]:
1.    Menanamkan jiwa maskulin dan feminim
Kesadaran tentang perbedaan hakiki dalam penciptaan manusia secara berpasangan laki-laki dan perempuan karena hal tersebut akan sangat berguna bagi pergaulannya. Pembentukan jiwa feminism pada wanita dan maskulin pada laki-laki dapat dilakukan dengan pemberian peran kepada anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Dengan memberikan tugas sesuai dengan jenis kelaminnya, seseorang akan menjadi laki-laki atau wanita sejati.[10]  
2.   Mendidik menjaga pandangan mata
Di samping penerapan etika memandang, hendaknya kepada anak dijelaskan pula mengenai batasan aurat dan muhrim bagi dirinya. Aurat merupakan anggota tubuh yang yang harus ditutupi dan tidak boleh dilihat atau diperlihatkan kepada orang lain.[11]
3.    Mengenalkan mahrom-mahromnya
Mencegah anak bergaul secara bebas dengan teman-teman yang berlawanan jenis denga memberikan batasan-batasan tertentu bertujuan agar anak mampu memahami etika bergaul dalam islam mampu membedakan antara muhrim dengan yang bukan muhrim sehingga pemahaman tersebut akan selalu melekat di hati dan menjadi self control pada waktu anak memasuki usia remaja.[12]
4.    Mendidik cara berpakaian dan berhias
Hendaknya anak dibiasakan untuk senantiasa mengenakan pakaian islami, model-model pakaian yang baik, serta meluruskan konsep-konsep mengenai model pakaian pada diri anak, agar mereka tidak terjerumus pada konsep model pakaian barat yang lebih menonjolkan erotikannya.
5.    Mendidik cara menjaga kebersihan kelamin
Bimbingan praktis mengenai adab istinja’, adab mandi, dan adab wudhu dimaksudkan agar anak secaran langsung belajar membersihkan diri, belajar membersihkan alat kelaminya, dan belajar mengenali dirinya.
6.    Memberikan pengertian tentang ikhtilam dan haidh
Pengertian tentang ikhtilam dan haid sebaiknya diberikan dan difahami oleh anak sebelum ia benar-benar mengalaminya, agar dalam perkembangan seksualnya dapat berjalan secara wajar dan tidak ada beban-beban kejiwaan. Lebih dari itu agar anak dapat menjalankan ketentuan syar’i yang telah mulai berlaku bagi dirinya.
7.    Pemisahan tempat tidur
Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan bertujuan agar mereka mampu memahami dan menyadari tentang eksistensi perbedaan antara laki-laki dan perempuan, terbiasa menghindari pergaulan bebas antar jenis kelamin yang berbeda.
E.  Metode Pendidikan Seks pada Anak dalam PAI
Metode yang efektif dalam menyampaikan pendidikan seksual kepada anak antara lain sebagai berikut:
1.    Metode pembiasaan
Metode pembiasaan bisa diterapkan dalam pendidikan seks melalui cara membiasakan anak agar menjaga pandangan mata dari hal-hal yang berbau porno, membiasakan anak tidur terpisah dengan orang tuanya, membiasakan anak menjaga kebersihan alat kelaminnya, membiasakan anak untuk tidak berkhalwat dengan lawan jenisnya tanpa didampingi muhrimnya, serta membiasakan anak berpakaian dan berhias sesuai dengan ajaran islam.[13]
2.      Metode keteladanan
Metode pemberian contoh yang baik (Uswatun khasanah) terhadap anak-anak yang belum begitu kritis akan banyak mempengaruhi tingkah laku sehari-harinya. Dalam pendidikan seks anak harus diberikan keteladanan dalam pergaulan, berpakaian, serta dalam peribadatan.
3.      Metode pemberian hadiah dan hukuman
Dalam pendidikan seks, metode pemberian hadiah dan hukuman dapat diterapkan dalam rangka menanamkan aturan-aturan islami menyangkut masalah ibadah dan etika, khususnya etika seksual. Bagi anak yang telah mematuhi aturan yang dicanangkan kepada mereka, mereka berhak mendapat hadiah meskipun hanya sanjungan dan pujian. Namun apabila melanggar, mereka harus diberi hukuman meskipun hanya berupa teguran.
4.      Metode Tanya jawab dan dialog
Metode Tanya jawab dan dialog sangat bermanfaat dalam menanamkan dasar-dasar pendidikan seks pada anak, sebab salah satu naluri anak yang paling umum adalah selalu ingin tahu terutama dalam hal-hal yang menarik perhatiannya.
5.                     Metode pengawasan[14]
Anak hendaknya diberikan pengawasan agar senantiasa menutup aurat dan memberikan pengertian mengenai bahaya yang timbul akibat aurat terlihat orang lain. Anak juga perlu diawasi dalam pergaulannya agar terhindar dari pergaulan bebas dengan tujuan agar anak mampu memahami etika bergaul dalam islam.
a.    Pengawasan Internal
Diantara hal yang dapat membangkitkan rangsangan seks anak adalah:
1.      Anak usia remaja masuk dalam rumah tanpa minta izin pada orangtua, misal ketika masuk kamar orangtua ia melihat aurat orang tua yang tersingkap
2.      Anak yang berusia sepuluh tahun keatas tidur satu tempat tidur dengan saudara- saudaranya
3.      Memberikan peluang kepada anak untuk menonton film yang merangsang
4.      Membiarkan anak membiasakan kehendak nafsunya untuk melihat gambar- gambar porno
5.      Memberikan kesempatan kepadanya sejak usia puber untuk bergaul dengan erempuan dekatnya
Untuk itu, orang tua dan pendidik harus memberikan pengarahan yang cermat, bimbingan yang benar dan bijaksana, serta tidak kehabisan cara dalam memperbaiki dan mendidik anak.

b.    Pengawasan Eksternal
Faktor eksternal antara lain :
1.      Bioskop atau tontonan
2.      Kerusakan akibat fenomena kejahatan di masyarakat
3.      Kerusakan karena adanya klab malam,  baik secara rahasia ataupun terang- terangan
4.      Kerusakan akibat teman yang jahat
5.      Kerusakan akibat pergaulan sepasang remaja yang berlainan jenis
6.      Mengajarkan hukum agama yang dibebankan kepada anak usia puber dan baligh

Islam memandan seks, bertitik tolak dari pengetahuan tentang fitrah manusia dan usaha pemenuhan kecenderungannya agar setiap individu di dalam masyarakat tidak melampaui batas- batas fitrahnya dan tidak menempuh jalan yang menyimpang yang bertentangan dengan nalurinya. Ia berjalan sesuai dengan cara yang normal dan benar yang telah digariskan Islam, yakni dengan pernikahan. Dalam Al- Qur’an Surat Ar- Rum : 21 yang artinya :
“ Dan diantara tanda- tanda kekuasaan Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri- istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan Nya diantaramu rasa kasih sayang”.

Dari firman tersebut, kita tahu bahwa Islam mengharamkan penghindaran diri dari perkawinan dengan niat ingin mencurahkan semua waktunya untuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Syariat Islam adalah syariat yang memerangi dengan keras dantak mengenal kompromi semua ajakan kepada kehidupan rahbaniyyah yang dimurkai dan kepada hidup membujang yang tercela karena bertentangan dengan fitrah manusia dan bertolak belakang dengan kecenderungan nalurinya.


[1] M. Kasim Mugi Amin, Kiat Selamatkan Cinta, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), hlm. 38
[2] Syamsudin, Pendidikan Kelamin dalam Islam, (Solo: Ramadhani, 1985), hlm. 14
[3] Nasikh ulwan, Pendidikan Seks, (Bandung: remaja Rosda Karya, 1996), hlm. 72
[4] Muh. Zein, Azaz dan Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Sumbangsih Offset, 1985), hlm. 30.
[5] Abineno, Seksualitas dan Pendidikan Seksual, (Jakarta: Gunung Mulia, 1980), hlm. 70
[6] Johan Suban Tukan, Metode Pendidikan Seks, Perkawinan, dan Keluarga, (Jakarta: erlangga, 1994), hlm. 17
[7] Prof. Siskon Pribadi, Mutiara-mutara Pendidikan, (Bandung: jemmara, tt), hlm. 35
[8] Suraji, Pendidikan Seks bagi Anak, (Yogyakarta: Pustaka fahima, 2008), hlm. 74-75
[9] Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam. http://ratuhati.com/index.php. diunggah pada Rabu, 06 May 2009. Pukul 00:55. Diunduh pada kamis, 22 Maret 2012. pukul 11: 45
[10] Suraji, Op. Cit., hlm. 132
[11]Nasikh Ulwan, Op. Cit., hlm.17
[12] Suraji, Op. Cit., hlm. 143
[13] Suraji, Op. Cit., hlm. 168
[14] Muhammad Zein, Op. Cit., hlm. 251

Tidak ada komentar:

Posting Komentar